Ada berbagai cara atau metode dalam pengolahan citra yang digunakan untuk mendeteksi keberadaan gas , salah satunya dengan sebuah alat pencitraan seismik dengan metoda akustik . yang dibuat oleh Dr. Friedrich von Wachter. Seorang profesor teknik listrik terkemuka dari Universitas Heidelberg.
Dalam bisnis eksplorasi geologi dan minyak bumi, citra seismik umumnya tergantung pada peledak mekanis, semacam dinamit atau truck thumper untuk mengirimkan gelombang kejut ke dalam bumi. Hasil pembiasan gelombang seismik lalu dicatat dan diproses dalam komputer untuk menghasilkan citra bawah permukaan.
elemen peledak dihilangkan dengan membuat alat elektronik untuk menghasilkan gelombang kejut. Penggabungan akustik yang dimaksud disini berfungsi untuk mentransmisikan semburan suara frekuensi tinggi yang kemudian diubah menjadi rambatan gelombang seismik di dalam tanah.
Pengalaman selama ini, dengan sistem survey sonar menunjukkan bahwa gelombang frekuensi tinggi tidak mampu menyajikan penetrasi yang dibutuhkan untuk kedalaman tertentu. Sebagian besar gelombang mudah bisa atau terbelokkan dekat permukaan tanah.
Tetapi alat ini mampu mengkonsentrasikan semburan akustik yang menghasilkan bombardir gelombang suara terfokus yang lebih besar hingga sebagian besar prosentase tembusan gelombang melesak lebih dalam.
Spekulasi hasil temuan ini : jika gelombang dikirim dan diatur mengenai jalur-jalur sesar di kedalaman tertentu akan menyebabkan pergeseran jalur tersebut. Akibatnya adalah sebuah gempa bumi tektonik akan tercipta.
Referensi : http://nika.blog.uns.ac.id/2009/09/25/gelombang/
Nama Kelompok:
1. Novi Setyarini 11108440 : dunia-novi.blogspot.com (Bidang Gas Bumi)
2. Phebe Stefanie 11108509 : chebii.wordpress.com (Bidang Minyak Bumi)
3. Ulfah Rohmah 11108987 : ulfahrohmah.blogspot.com (Bidang Batu Bara)
4. Willy Anugerah 12108047 : anthempart.blogspot.com ( Bidang Mineral)
Tentang Pengolahan Citra
Tema : Pengeboran dan Penambangan
everything about me, Novi Setyarini. just simple script but i hope you like it when you visit this blog, thank you :)
Senin, 27 September 2010
Data Akustik Ungkap Gas Tersembunyi, Pasokan Minyak
Seperti dokter menggunakan ultrasound untuk mencitrakan organ internal dan bayi yang belum lahir, para peneliti dari MIT Earth Resources Laboratory mendengarkan bahasa gema batu untuk memetakan apa yang terjadi dalam puluhan ribu kaki dibawah permukaan bumi.
Dengan bantuan US Department of Energy (DOE), para ilmuwan kebumian akan menggunakan kemampuannya untuk menginterpretasikan bunyi dari bawah tanah untuk mencari "titik manis" kantung gas alam dan minyak yang terkandung dalam retakan batuan berpori di lapangan minyak Wyoming. Jika metode ini terbukti efektif dalam menentukan tempat pemboran sumur, hal ini akan bisa digunakan di lapangan migas.
Sumber gas alam domestik yang besar merupakan formasi gas dengan permeabilitas rendah atau "rapat". Minyak dan gas berasal dari materi organik yang telah dimasak selama berabad-abad dibawah tekanan dan panas yang tinggi dalam kerak bumi. Beberapa reservoir bawah tanah mengandung volume minyak dan gas yang mengalir dengan lancar melalui batuan permeabel, tapi kadang-kadang fluida terperangkap dalam batuan berpori kecil dan sulit diakses, membentuk kantung menyebar secara terpisah. Hingga saat ini, tidak ada teknologi yang tersedia untuk memperoleh gas rapat.
Gas rapat, saat ini merupakan yang terbesar dari tiga sumber gas non-konvensional, yang juga meliputi unggun batubara dan shale. Produksi gas non-konvensional US merepresentasikan sekitar 40% dari output gas total pada tahun 2004, menurut DOE, tapi bisa tumbuh menjadi 50% pada 2030 jika teknologi yang maju telah dikembangkan dan diimplementasikan.
Salah satunya adalah gagasan Mark E. Willis dan Daniel R. Burns, ilmuwan peneliti di Department of Earth, Atmospheric and Planetary Sciences (EAPS), dan M. Nafi Toksoz, profesor dari EAPS. Metode mereka meliputi penggabungan dua data yang telah ada, yang sebelumnya tidak berhubungan, sebagai alat untuk mencari cadangan migas.
Untuk membebaskan hidrokarbon yang menyebar di kantung-kantung kecil dari satu hingga tiga mil dibawah tanah, perusahaan minyak menggunakan proses yang disebut patahan hidrolik, atau hydrofrac, yang memaksa air ke dalam unggun batuan melalui sumur-sumur dalam untuk membuat retakan dan meningkatkan ukuran dan luas retakan yang ada. Retakan membuka jalan untuk minyak dan gas untuk mengalir ke sumur-sumur.
Untuk mengawasi keefektifan peretakan dan untuk mendeteksi retakan alami yang mungkin merupakan titik manis gas alam, para engineer mengumpulkan data akustik dari permukaan dan dari dalam sumur. "Metode seismik permukaan seperti medical ultrasound. Merekan memberikan citra geologi sub-permukaan," kata Burns. Survey seismik 3D meliputi pembuatan vibrasi di permukaan dan pengawasan hasil gema di bawah tanah. "Jika gema berubah, maka ada retakan disana," kata Willis.
Sebuah metode yang disebut time-lapse vertical seismic profiling
(VSP) cenderung lebih akurat karena ia mengumpulkan data akustik secara langsung dari bawah tanah melalui lubang bor. "Menyimpan penerima di dalam sumur seperti membuat citra dengan sensor di dalam tubuh dalam dunia medis," kata Burns. "Hasilnya adalah kemampuan untuk melihat detail yang lebih halus dan menghindari seluruh kekecauan yang berasal dari pengiriman gelombang bunyi melalui jaringan kulit dan otot untuk memperoleh yang ingin kita lihat."
Time-lapse VSP memang mahal dan tidak digunakan secara rutin dalam eksplorasi migas. Tim peneliti EAPS, bekerja dengan data time-lapse VSP yang dikumpulkan oleh rekan industrinya, EnCana Corp., muncul dengan cara yang unik untuk melihat data bersama dengan data mikroseismik dari gempa kecil yang dihasilkan saat batuan retak. "Jika kami merekam dan menempatkan peristiwa ini seperti yang dilakukan US Geological Survey dengan gempa di seluruh dunia, kami mendapatkan ide dimana hydrofrac ditempatkan. Lalu kami melihat data time-lapse VSP di titik tersebut dan mencoba untuk memperoleh citra retakan yang lebih detail," kata Burns.
Referensi : http://migasnet03-lucky8021.blogspot.com/2010/01/data-akustik-ungkap-gas-tersembunyi.html
Nama Kelompok:
1. Novi Setyarini 11108440 : dunia-novi.blogspot.com (Bidang Gas Bumi)
2. Phebe Stefanie 11108509 : chebii.wordpress.com (Bidang Minyak Bumi)
3. Ulfah Rohmah 11108987 : ulfahrohmah.blogspot.com (Bidang Batu Bara)
4. Willy Anugerah 12108047 : anthempart.blogspot.com ( Bidang Mineral)
Tentang Pengolahan Citra
Tema : Pengeboran dan Penambangan
Dengan bantuan US Department of Energy (DOE), para ilmuwan kebumian akan menggunakan kemampuannya untuk menginterpretasikan bunyi dari bawah tanah untuk mencari "titik manis" kantung gas alam dan minyak yang terkandung dalam retakan batuan berpori di lapangan minyak Wyoming. Jika metode ini terbukti efektif dalam menentukan tempat pemboran sumur, hal ini akan bisa digunakan di lapangan migas.
Sumber gas alam domestik yang besar merupakan formasi gas dengan permeabilitas rendah atau "rapat". Minyak dan gas berasal dari materi organik yang telah dimasak selama berabad-abad dibawah tekanan dan panas yang tinggi dalam kerak bumi. Beberapa reservoir bawah tanah mengandung volume minyak dan gas yang mengalir dengan lancar melalui batuan permeabel, tapi kadang-kadang fluida terperangkap dalam batuan berpori kecil dan sulit diakses, membentuk kantung menyebar secara terpisah. Hingga saat ini, tidak ada teknologi yang tersedia untuk memperoleh gas rapat.
Gas rapat, saat ini merupakan yang terbesar dari tiga sumber gas non-konvensional, yang juga meliputi unggun batubara dan shale. Produksi gas non-konvensional US merepresentasikan sekitar 40% dari output gas total pada tahun 2004, menurut DOE, tapi bisa tumbuh menjadi 50% pada 2030 jika teknologi yang maju telah dikembangkan dan diimplementasikan.
Salah satunya adalah gagasan Mark E. Willis dan Daniel R. Burns, ilmuwan peneliti di Department of Earth, Atmospheric and Planetary Sciences (EAPS), dan M. Nafi Toksoz, profesor dari EAPS. Metode mereka meliputi penggabungan dua data yang telah ada, yang sebelumnya tidak berhubungan, sebagai alat untuk mencari cadangan migas.
Untuk membebaskan hidrokarbon yang menyebar di kantung-kantung kecil dari satu hingga tiga mil dibawah tanah, perusahaan minyak menggunakan proses yang disebut patahan hidrolik, atau hydrofrac, yang memaksa air ke dalam unggun batuan melalui sumur-sumur dalam untuk membuat retakan dan meningkatkan ukuran dan luas retakan yang ada. Retakan membuka jalan untuk minyak dan gas untuk mengalir ke sumur-sumur.
Untuk mengawasi keefektifan peretakan dan untuk mendeteksi retakan alami yang mungkin merupakan titik manis gas alam, para engineer mengumpulkan data akustik dari permukaan dan dari dalam sumur. "Metode seismik permukaan seperti medical ultrasound. Merekan memberikan citra geologi sub-permukaan," kata Burns. Survey seismik 3D meliputi pembuatan vibrasi di permukaan dan pengawasan hasil gema di bawah tanah. "Jika gema berubah, maka ada retakan disana," kata Willis.
Sebuah metode yang disebut time-lapse vertical seismic profiling
(VSP) cenderung lebih akurat karena ia mengumpulkan data akustik secara langsung dari bawah tanah melalui lubang bor. "Menyimpan penerima di dalam sumur seperti membuat citra dengan sensor di dalam tubuh dalam dunia medis," kata Burns. "Hasilnya adalah kemampuan untuk melihat detail yang lebih halus dan menghindari seluruh kekecauan yang berasal dari pengiriman gelombang bunyi melalui jaringan kulit dan otot untuk memperoleh yang ingin kita lihat."
Time-lapse VSP memang mahal dan tidak digunakan secara rutin dalam eksplorasi migas. Tim peneliti EAPS, bekerja dengan data time-lapse VSP yang dikumpulkan oleh rekan industrinya, EnCana Corp., muncul dengan cara yang unik untuk melihat data bersama dengan data mikroseismik dari gempa kecil yang dihasilkan saat batuan retak. "Jika kami merekam dan menempatkan peristiwa ini seperti yang dilakukan US Geological Survey dengan gempa di seluruh dunia, kami mendapatkan ide dimana hydrofrac ditempatkan. Lalu kami melihat data time-lapse VSP di titik tersebut dan mencoba untuk memperoleh citra retakan yang lebih detail," kata Burns.
Referensi : http://migasnet03-lucky8021.blogspot.com/2010/01/data-akustik-ungkap-gas-tersembunyi.html
Nama Kelompok:
1. Novi Setyarini 11108440 : dunia-novi.blogspot.com (Bidang Gas Bumi)
2. Phebe Stefanie 11108509 : chebii.wordpress.com (Bidang Minyak Bumi)
3. Ulfah Rohmah 11108987 : ulfahrohmah.blogspot.com (Bidang Batu Bara)
4. Willy Anugerah 12108047 : anthempart.blogspot.com ( Bidang Mineral)
Tentang Pengolahan Citra
Tema : Pengeboran dan Penambangan
teknik remote resensing untuk melacak lokasi gas bumi
Bumi memiliki permukaan dan variabel yang sangat kompleks. Relief topografi bumi dan komposisi materialnya menggambarkan bebatuan pada mantel bumi dan material lain pada permukaan dan juga menggambarkan faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan. Masing-masing tipe bebatuan, patahan di muka bumi atau pengaruh-pengaruh gerakan kerak bumi serta erosi dan pergeseran-pergeseran muka bumi menunjukkan perjalanan proses hingga membangun muka bumi seperti saat ini. Proses ini dapat difahami melalui disiplin ilmu geo-morfologi.
Eksplorasi sumber daya mineral merupakan salah satu aktifitas pemetaan geologi yang penting. Pemetaan geologi sendiri mencakup identifikasi pembentukan lahan (landform), tipe bebatuan, struktur bebatuan (lipatan dan patahannya) dan gambaran unit geologi. Saat ini hampir seluruh deposit mineral di permukaan dan dekat permukaan bumi telah ditemukan. Karenanya pencarian sekarang dilakukan pada lokasi deposit jauh di bawah permukaan bumi atau pada daerah-daerah yang sulit dijangkau. Metode geo-fisika dengan kemampuan penetrasi ke dalam permukaan bumi secara umum diperlukan dalam memastikan keberadaan deposit ini ?inyak bumi dan gas dalam pembicaraan kita-. Akan tetapi informasi awal tentang kawasan berpotensi untuk eksplorasi mineral lebih banyak dapat diperoleh melalui interpretasi ciri-ciri khusus permukaan bumi pada foto udara atau citra satelit.
Belakangan analisa menggunakan citra satelit lebih banyak dilakukan daripada foto udara, karena citra satelit memiliki beberapa nilai lebih, seperti:
1. mencakup area yang lebih luas, sehingga memungkinkan dilakukan analisa dalam skala regional, yang seringkali menguntungkan untuk memperoleh gambaran geologis area tersebut;
2. memiliki kemungkinan penerapan sensor pendeteksi multi-spektral dan bahkan hiper-spektral yang nilainya dituangkan secara kuantitatif (disebut derajat keabuan atau Digital Number dalam remote sensing), sehingga memungkinan aplikasi otomatis pada komputer untuk memahami dan mengurai karakteristik material yang diamati;
3. memungkinkan pemanfaatkan berbagai jenis data, seperti data sensor optik dan sensor radar, serta juga kombinasi data lain seperti data elevasi permukaan bumi, data geologi, jenis tanah dan lain-lain, sehingga dapat ditentukan solusi baru dalam menentukan antar-hubungan berbagai sifat dan fenomena pada permukaan bumi.
Tulisan singkat ini akan mengupas bagaimana minyak dan gas bumi tersimpan di perut bumi, bagaimana hubungan lokasi tersimpannya mineral ini dengan struktur bebatuan di dalamnya. Proses rangkaian eksplorasi dijelaskan secara umum. Kemudian untuk menjelaskan potensi teknik remote sensing dalam menemukan lokasi tersebut, akan dijelaskan tentang fungsi pemetaan geologi dan hubungannya dengan pendugaan struktur bebatuan di bawah permukaan bumi, tempat yang memungkinkan ditemukannya minyak dan gas bumi.
Proses Pembentukan
Minyak dan gas dihasilkan dari pembusukan organisma, kebanyakannya tumbuhan laut (terutama ganggang dan tumbuhan sejenis) dan juga binatang kecil seperti ikan, yang terkubur dalam lumpur yang berubah menjadi bebatuan. Proses pemanasan dan tekanan di lapisan-lapisan bumi membantu proses terjadinya minyak dan gas bumi. Cairan dan gas yang membusuk berpindah dari lokasi awal dan terperangkap pada struktur tertentu. Lokasi awalnya sendiri telah mengeras, setelah lumpur itu berubah menjadi bebatuan.
Minyak dan gas berpindah dari lokasi yang lebih dalam menuju bebatuan yang cocok. Tempat ini biasanya berupa bebatuan-pasir yang berporos (berlubang-lubang kecil) atau juga batu kapur dan patahan yang terbentuk dari aktifitas gunung berapi bisa berpeluang menyimpan minyak. Yang paling penting adalah bebatuan tempat tersimpannya minyak ini, paling tidak bagian atasnya, tertutup lapisan bebatuan kedap. Minyak dan gas ini biasanya berada dalam tekanan dan akan keluar ke permukaan bumi, apakah dikarenakan pergerakan alami sebagian lapisan permukaan bumi atau dengan penetrasi pengeboran. Bila tekanan cukup tinggi, maka minyak dan gas akan keluar ke permukaan dengan sendirinya, tetapi jika tekanan tak cukup maka diperlukan pompa untuk mengeluarkannya.
Proses Eksplorasi: Pemetaan Lineaments, Lithologic dan Geo-botanic
Eksplorasi sumber minyak dimulai dengan pencarian karakteristik pada permukaan bumi yang menggambarkan lokasi deposit. Pemetaan kondisi permukaan bumi diawali dengan pemetaan umum (reconnaissance), dan apabila ada indikasi tersimpannya mineral, dimulailah pemetaan detil. Kedua pemetaan ini membutuhkan kerja validasi lapangan, akan tetapi kerja pemetaan ini sering lebih mudah jika dibantu foto udara atau citra satelit. Setelah proses pemetaan, kerja eksplorasi lebih intensif pada metoda-metoda geo-fisika, terutama seismik, yang dapat memetakan konstruksi bawah permukaan bumi secara 3-dimensi untuk menemukan lokasi deposit secara tepat. Kemudian dilakukan uji pengeboran.
Sumbangan teknik remote sensing terutama diberikan pada proses pemetaan, yaitu pemetaan lineaments, jenis bebatuan di permukaan bumi dan jenis tetumbuhan.
Eksplorasi minyak dan gas bumi selalu bergantung pada peta permukaan bumi dan peta jenis-jenis bebatuan serta struktur-struktur yang memberi petunjuk akan kondisi di bawah permukaan bumi dengan yang cocok untuk terjadinya akumulasi minyak dan gas. Remote sensing berpotensi dalam penentuan lokasi deposit mineral ini melalui pemetaan lineaments. Lineaments adalah penampakan garis dalam skala regional sebagai akibat sifat geo-morfologis seperti alur air, lereng, garis pegunungan, dan sifat menonjol lain yang menampak dalam bentuk zona-zona patahan. Dengan menggunakan citra satelit gambaran keruangan alur air misalnya dapat dilihat dalam skala luas, sehingga kemungkinan mencari relasi keruangan untuk lokasi deposit mineral lebih besar.
Pemetaan lineament walaupun dapat dilakukan secara monoskopik (menggunakan satu citra), tetapi akan lebih produktif jika digabungkan dengan pemetaan lithologic atau pemetaan unit-unit bebatuan yang dilakukan secara stereoskopik (yang dapat mendeteksi ketinggian, karena dilakukan pada dua buah citra stereo). Kalangan ahli geologi meyakini bahwa refleksi gelombang elektromagnetik pada kisaran 1,6 sampai 2,2 mikrometer (=10-6 meter) atau pada spektrum pertengahan infra-merah (1,3 ·3,0 mikrometer) sangat cocok untuk eksplorasi mineral dan pemetaan lithologic. Keberhasilan pemetaan ini bergantung pada bentuk topografi dan karakteristik spektral sebagaimana diamati citra satelit. Untuk kawasan yang dipenuhi tumbuhan, mesti dilakukan pendekatan geo-botanic, yaitu pengetahuan tentang hubungan antara jenis tetumbuhan dengan kebutuhan nutrisi serta air pada tanah tempat tumbuhan ini tumbuh. Dengan demikian distribusi tetumbuhan pun dapat menjadi indikator dalam mendeteksi komposisi tanah dan material bebatuan di bawahnya.
Interpretasi citra dalam menemukan garis-garis patahan geologis memang membutuhkan keahlian tersendiri. Jika hanya mengandalkan lineaments, maka beberapa riset menunjukkan cukup banyak perbedaan interpretasi. Karenannya data garis ini dikorelasikan dengan karakteristik lain yang tertangkap sensor remote sensing, yaitu jenis bebatuan, yang merupakan cerminan mineralisasi permukaan bumi. Studi tentang jenis bebatuan dan respon spektral sangat membantu pencarian permukaan di mana deposit mineral tersimpan.
referensi :http://migasnet10-arif8097.blogspot.com/2010/01/teknik-remote-sensing-untuk-melacak.html
Nama Kelompok:
1. Novi Setyarini 11108440 : dunia-novi.blogspot.com (Bidang Gas Bumi)
2. Phebe Stefanie 11108509 : chebii.wordpress.com (Bidang Minyak Bumi)
3. Ulfah Rohmah 11108987 : ulfahrohmah.blogspot.com (Bidang Batu Bara)
4. Willy Anugerah 12108047 : anthempart.blogspot.com ( Bidang Mineral)
Tentang Pengolahan Citra
Tema : Pengeboran dan Penambangan
Eksplorasi sumber daya mineral merupakan salah satu aktifitas pemetaan geologi yang penting. Pemetaan geologi sendiri mencakup identifikasi pembentukan lahan (landform), tipe bebatuan, struktur bebatuan (lipatan dan patahannya) dan gambaran unit geologi. Saat ini hampir seluruh deposit mineral di permukaan dan dekat permukaan bumi telah ditemukan. Karenanya pencarian sekarang dilakukan pada lokasi deposit jauh di bawah permukaan bumi atau pada daerah-daerah yang sulit dijangkau. Metode geo-fisika dengan kemampuan penetrasi ke dalam permukaan bumi secara umum diperlukan dalam memastikan keberadaan deposit ini ?inyak bumi dan gas dalam pembicaraan kita-. Akan tetapi informasi awal tentang kawasan berpotensi untuk eksplorasi mineral lebih banyak dapat diperoleh melalui interpretasi ciri-ciri khusus permukaan bumi pada foto udara atau citra satelit.
Belakangan analisa menggunakan citra satelit lebih banyak dilakukan daripada foto udara, karena citra satelit memiliki beberapa nilai lebih, seperti:
1. mencakup area yang lebih luas, sehingga memungkinkan dilakukan analisa dalam skala regional, yang seringkali menguntungkan untuk memperoleh gambaran geologis area tersebut;
2. memiliki kemungkinan penerapan sensor pendeteksi multi-spektral dan bahkan hiper-spektral yang nilainya dituangkan secara kuantitatif (disebut derajat keabuan atau Digital Number dalam remote sensing), sehingga memungkinan aplikasi otomatis pada komputer untuk memahami dan mengurai karakteristik material yang diamati;
3. memungkinkan pemanfaatkan berbagai jenis data, seperti data sensor optik dan sensor radar, serta juga kombinasi data lain seperti data elevasi permukaan bumi, data geologi, jenis tanah dan lain-lain, sehingga dapat ditentukan solusi baru dalam menentukan antar-hubungan berbagai sifat dan fenomena pada permukaan bumi.
Tulisan singkat ini akan mengupas bagaimana minyak dan gas bumi tersimpan di perut bumi, bagaimana hubungan lokasi tersimpannya mineral ini dengan struktur bebatuan di dalamnya. Proses rangkaian eksplorasi dijelaskan secara umum. Kemudian untuk menjelaskan potensi teknik remote sensing dalam menemukan lokasi tersebut, akan dijelaskan tentang fungsi pemetaan geologi dan hubungannya dengan pendugaan struktur bebatuan di bawah permukaan bumi, tempat yang memungkinkan ditemukannya minyak dan gas bumi.
Proses Pembentukan
Minyak dan gas dihasilkan dari pembusukan organisma, kebanyakannya tumbuhan laut (terutama ganggang dan tumbuhan sejenis) dan juga binatang kecil seperti ikan, yang terkubur dalam lumpur yang berubah menjadi bebatuan. Proses pemanasan dan tekanan di lapisan-lapisan bumi membantu proses terjadinya minyak dan gas bumi. Cairan dan gas yang membusuk berpindah dari lokasi awal dan terperangkap pada struktur tertentu. Lokasi awalnya sendiri telah mengeras, setelah lumpur itu berubah menjadi bebatuan.
Minyak dan gas berpindah dari lokasi yang lebih dalam menuju bebatuan yang cocok. Tempat ini biasanya berupa bebatuan-pasir yang berporos (berlubang-lubang kecil) atau juga batu kapur dan patahan yang terbentuk dari aktifitas gunung berapi bisa berpeluang menyimpan minyak. Yang paling penting adalah bebatuan tempat tersimpannya minyak ini, paling tidak bagian atasnya, tertutup lapisan bebatuan kedap. Minyak dan gas ini biasanya berada dalam tekanan dan akan keluar ke permukaan bumi, apakah dikarenakan pergerakan alami sebagian lapisan permukaan bumi atau dengan penetrasi pengeboran. Bila tekanan cukup tinggi, maka minyak dan gas akan keluar ke permukaan dengan sendirinya, tetapi jika tekanan tak cukup maka diperlukan pompa untuk mengeluarkannya.
Proses Eksplorasi: Pemetaan Lineaments, Lithologic dan Geo-botanic
Eksplorasi sumber minyak dimulai dengan pencarian karakteristik pada permukaan bumi yang menggambarkan lokasi deposit. Pemetaan kondisi permukaan bumi diawali dengan pemetaan umum (reconnaissance), dan apabila ada indikasi tersimpannya mineral, dimulailah pemetaan detil. Kedua pemetaan ini membutuhkan kerja validasi lapangan, akan tetapi kerja pemetaan ini sering lebih mudah jika dibantu foto udara atau citra satelit. Setelah proses pemetaan, kerja eksplorasi lebih intensif pada metoda-metoda geo-fisika, terutama seismik, yang dapat memetakan konstruksi bawah permukaan bumi secara 3-dimensi untuk menemukan lokasi deposit secara tepat. Kemudian dilakukan uji pengeboran.
Sumbangan teknik remote sensing terutama diberikan pada proses pemetaan, yaitu pemetaan lineaments, jenis bebatuan di permukaan bumi dan jenis tetumbuhan.
Eksplorasi minyak dan gas bumi selalu bergantung pada peta permukaan bumi dan peta jenis-jenis bebatuan serta struktur-struktur yang memberi petunjuk akan kondisi di bawah permukaan bumi dengan yang cocok untuk terjadinya akumulasi minyak dan gas. Remote sensing berpotensi dalam penentuan lokasi deposit mineral ini melalui pemetaan lineaments. Lineaments adalah penampakan garis dalam skala regional sebagai akibat sifat geo-morfologis seperti alur air, lereng, garis pegunungan, dan sifat menonjol lain yang menampak dalam bentuk zona-zona patahan. Dengan menggunakan citra satelit gambaran keruangan alur air misalnya dapat dilihat dalam skala luas, sehingga kemungkinan mencari relasi keruangan untuk lokasi deposit mineral lebih besar.
Pemetaan lineament walaupun dapat dilakukan secara monoskopik (menggunakan satu citra), tetapi akan lebih produktif jika digabungkan dengan pemetaan lithologic atau pemetaan unit-unit bebatuan yang dilakukan secara stereoskopik (yang dapat mendeteksi ketinggian, karena dilakukan pada dua buah citra stereo). Kalangan ahli geologi meyakini bahwa refleksi gelombang elektromagnetik pada kisaran 1,6 sampai 2,2 mikrometer (=10-6 meter) atau pada spektrum pertengahan infra-merah (1,3 ·3,0 mikrometer) sangat cocok untuk eksplorasi mineral dan pemetaan lithologic. Keberhasilan pemetaan ini bergantung pada bentuk topografi dan karakteristik spektral sebagaimana diamati citra satelit. Untuk kawasan yang dipenuhi tumbuhan, mesti dilakukan pendekatan geo-botanic, yaitu pengetahuan tentang hubungan antara jenis tetumbuhan dengan kebutuhan nutrisi serta air pada tanah tempat tumbuhan ini tumbuh. Dengan demikian distribusi tetumbuhan pun dapat menjadi indikator dalam mendeteksi komposisi tanah dan material bebatuan di bawahnya.
Interpretasi citra dalam menemukan garis-garis patahan geologis memang membutuhkan keahlian tersendiri. Jika hanya mengandalkan lineaments, maka beberapa riset menunjukkan cukup banyak perbedaan interpretasi. Karenannya data garis ini dikorelasikan dengan karakteristik lain yang tertangkap sensor remote sensing, yaitu jenis bebatuan, yang merupakan cerminan mineralisasi permukaan bumi. Studi tentang jenis bebatuan dan respon spektral sangat membantu pencarian permukaan di mana deposit mineral tersimpan.
referensi :http://migasnet10-arif8097.blogspot.com/2010/01/teknik-remote-sensing-untuk-melacak.html
Nama Kelompok:
1. Novi Setyarini 11108440 : dunia-novi.blogspot.com (Bidang Gas Bumi)
2. Phebe Stefanie 11108509 : chebii.wordpress.com (Bidang Minyak Bumi)
3. Ulfah Rohmah 11108987 : ulfahrohmah.blogspot.com (Bidang Batu Bara)
4. Willy Anugerah 12108047 : anthempart.blogspot.com ( Bidang Mineral)
Tentang Pengolahan Citra
Tema : Pengeboran dan Penambangan
Langganan:
Postingan (Atom)