DIKSI
1. Pilihan kata
Pilihan kata atau diksi adalah pemilihan kata-kata yang sesuai dengan apa yang hendak kita ucapkan atau ungkapkan. Diksi terdiri atas delapan elemen , yaitu : fenom, silabel, konjungsi, hubungan, kata benda, kata kerja, infleksi, dan uterans. Dalam hal ini akan dijelaskan beberapa hal saja, tidak keseluruhan.
FENOM
Fenom berbentuk bunyi. Sebagai contoh sederhananya adalah sebagai berikut : Dalam bahasa Indonesia, bunyi (f), (v), (p) pada dasarnya bukanlah tiga fenom yang berbeda. Kata provinsi apabila diucapkan sebagai (profinsi), (provinsi), atau (propinsi) tetap memiliki makna yang sama.
SUKU KATA atau SILABEL
Silabel adalah unit pembentuk kata yang tersusun dari satu fenom atau urutan fenom. Sebagai contoh, kata mandi terdiri dari dua suku kata : man dan di. Silabel pun sering dianggap sebagi unit pembangun fonologis kata karena dapat mempengaruhi ritme dan artikulasi suatu kata.
NOMINA atau KATA BENDA
Nomina adalah kelas kata yang menyatakan nama dari seseorang, tempat, atau semua benda dan segala yang dibendakan. Kata benda dibedakan menjadi dua : kata benda konkret untuk benda yang dapat dikenal dengan panca indera, contonhnya meja. Serta kata benda abstrak untuk benda yang menyatakan hal yang hanya dapat dikenal dengan pikiran, contohnya cinta.
Selain itu, jenis kata ini juga dapat dikelompokkan menjadi kata benda khusus atau nama diri dan kata benda umum atau nama jenis. Kata benda nama diri adalah kata benda yang mewakili suatu entitas tertentu, contohnya Jakarat dan Novi. Kata benda umum adalah sebaliknya, menjelaskan suatu kelas entitas, contohnya kota atau orang.
VERBA atau KATA KERJA
Verba adalah kelas kata yang menyatakan suatu tindakan, keberadaan, pengalaman, atau pengertian dinamis lainnya. Jenis kata ini biasanya menjadi predikat dalam suatu kalimat. Berdasarkan objeknya, kata kerja dapat dibagi menjadi dua : kata kerja transitif yang membutuhkan pelengkap atau objek seperti menendang ( bola ), serta kata kerja intransitif yang tidak membutuhkan pelengkap seperti lari.
2. Kata-kata ilmiah
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kedua, kata ilmiah memiliki arti bersifat ilmu. Secara ilmu pengetahuan, memenuhi syarat (kaidah) ilmu pengetahuan. Namun, pengertian dari kata ilmiah itu sendiri tidak lantas menjelaskan keilmiahan dari sebuah karya atau kegiatan yang bersifat ilmiah, perlu ada tolak ukurnya.
3. Pembentukkan Istilah dan Defenisi
Syarat-syarat istilkah yang baik :
- Paling tepat menggunakan konsep yang bagus
- Paling singkat di antara pilihan yang ada
- Bernilai rasa (konotasi) yang baik
- Sopan untuk didengar
- Bentuknya berdasarkan kaidah Bahasa Indonesia
Definisi dibagi menjadi dua, yaitu definisi nominal dan definisi formal.
Definisi nominal (suatu persamaan kata yang tepat digunakan) digunakan untuk hal-hal yang bersifat praktis dengan tujuan mempermudah pemahamman. Contohnya, sinonim atau persamaan makna, definisi kamus atau penunjukan klas terhadap suatu benda atau barang, etimologi kata atau penggunaan kata asing yang memerlukan penjelasan yang tepat dan persis dalam bahasa Indonesia, stipulatif atau suatu batasan kata yang tidak ditafsirkan lain.
Definisi formal yang juga disebut sebagai definisi logis atau ilmiah yang sebagian besar digunakan dalam membuat batasan atau pengertian dalam peraturan perundangundangan. Syarat-syaratnya adalah sebagai berikut:
a. Ekuivalen
Definisi yang dibuat harus dapat diuji melalui konverbilitas atau dapat dipertukarkan satu sama lain antara yang didefinisikan (definiendum) dan yang mendefinisikan (definiens). A = B dan B = A.
b. Paralel
hindarkan adanya penggunaan kata-kata dalam definiens, misalnya kata atau frasa: jika, apabila, kalau, jikalau, di mana, untuk apa, kepada siapa, dll. karena definiens dapat mengandung syarat atau pengandaian yang dapat menimbulkan ketidakpastian definisi.
c. Pengulangan kata definiens
Hindari adanya pengulangan kata yang sama yang ada dalam definiendum,misalnya, Ilmu Hukum, kata “ilmu” dan “hukum” harus didefinisikan sebagai “Pengetahuan mengenai normanorma yang mengatur tingkah laku yang disusun berdasarkan sistimatika yang teratur”. Jadi bukan “Ilmu yang mempelajari tentang hukum”.
d. Negatif
Hindari adanya definiens yang negatif, dalam arti menggunakan kata seperti: bukan, tidak, non. Contohnya, Kurang benar jika kita mengatakan bahwa “Manusia adalah bukan binatang”. Bandingkan jika ada definisi yang menyatakan bahwa “Yatim Piatu adalah seorang anak yang tidak mempunyai ayah dan ibu”. Contoh terakhir ini salah satu pengecualian penyangkalan ciri deferensialnya dan hal ini tidak bisa dihindari untuk tidak menggunakan kata negatif.
4. Kata Serapan
Kata serapan adalah kata yang berasal dari bahasa asing yang sudah diintegrasikan ke dalam suatu bahasa dan diterima pemakaiannya secara umum.
Contoh kata serapan dalam bahasa Indonesia adalah:
tetapi (dari bahasa Sansekerta tathâpi: namun itulah)
mungkin (dari bahasa Arab mumkinun: ?)
meski (dari bahasa Portugis mas que: walau)
5. Hal-hal yang mempengaruhi Pilihan Kata
• Makna sebuah kata atau sebuah kalimat merupakan makna yang tidak selalu berdiri sendiri. Adapun makna menurut Chaer (Chaer, 1994: 60) terbagi atas beberapa kelompok yaitu:
a. Makna Leksikal dan makna Gramatikal
b. Makna Referensial dan Nonreferensial
c. Makna Denotatif dan Konotatif
d. Makna Konseptual dan Makna Asosiatif
e. Makna Kata dan Makna Istilah
f. Makna Idiomatikal dan Peribahasa
g. Makna Kias dan Lugas
• Relasi adalah hubungan makna yang menyangkut hal kesamaan makna (sinonim), kebalikan makna (antonim), kegandaan makna (polisemi dan ambiguitas), ketercakupan makna (hiponimi), kelainan makna (homonimi), kelebihan makna (redundansi) dan sebagainya. Adapun relasi makna terbagi atas beberapa kelompok yaitu :
a. Kesamaan Makna (Sinonim)
b. Kebalikan Makna (Antonim)
c. Kegandaan Makna (Polisemi dan Ambiguitas)
d. Ketercakupan Makna (Hiponimi)
e. Kelebihan Makna (Redundansi)
6. Kesalahan Pembentukkan dan Pilihan Kata
a.Penanggalan Awalan meng-
Amerika serikat luncurkan pesawat bolak-balik Columbia. (salah)
Amerika serikat meluncurkan pesawat bolak-balik Columbia. (benar)
b.Penanggalan Awalan ber-
Pendapat saya beda dengan pendapatnya. (salah)
Pendapat saya berbeda dengan pendapatnya. (benar)
c.Peluluhan bunyi /c/
Wakidi sedang menyuci mobil. (salah)
Wakidi sedang mencuci mobil. (benar)
d.Penyengauan Kata Dasar
pengunaan kata-kata, mandang, ngail, ngantuk, nabrak, nanam, nulis, nyubit, ngepung, nolak, nyabut, nyuap, dan nyari. Dalam bahasa Indonesia baku tulis, kita harus menggunakan kata-kata memandang, mengail, mengantuk, menabrak, menanam, menulis, mencubit, menolak, mencabut, menyuap, dan mencari.
e.Bunyi /s/, /k/, /p/, dan /t/ yang Berimbuhan meng-/peng-
Eksistensi Indonesia sebagai negara pensuplai minyak sebaiknya di pertahankan. (salah)
Eksistensi Indonesia sebagai negara penyuplai minyak sebaiknya di pertahankan. (benar)
Semua warga negara harus mentaati peraturan yang berlaku. (salah)
Semua warga negara harus menaati peraturan yang berlaku. (benar)
f.Awalan ke- yang Keliru
Pengendara motor itu meninggal karena ketabrak oleh metro mini. (salah)
Pengendara motor itu meninggal karena tertabrak oleh metro mini. (benar)
Mengapa kamu ketawa terus? (salah)
Mengapa kamu tertawa terus? (benar)
g.Pemakaian Akhiran ir-
Saya sanggup mengkoordinir kegiatan itu. (salah)
Saya sanggup mengoordinasi kegiatan itu. (benar)
h.Padanan yang tidak serasi
Karena modal di bank terbatas sehingga tidak semua pengusaha lemah memperoleh kredit. (salah)
Karena modal di bank terbatas, tidak semua pengusaha lemah memproleh kredit. (benar)
Karena modal di bank terbatas sehingga semua pengusaha lemah memperoleh kredit. (benar)
i.Pemakaian Kata Depan di, ke, dari, bagi, pada, dari pada, dan terhadap
Putusan daripada pemerintah itu melegakan hati rakyat. (salah)
Putusan pemerintah itu melegakan hati rakyat. (benar)
j.Pemakaian Akronim (Singkatan)
Singkatan ialah hasil menyingkat atau memendekan berupa huruf atau gabungan huruf seperti PLO, UI, DPR, KPP, KY, MA, KBK, dan KTSP. Yang dimaksud dengan bentuk singkatan ialah kontraksi bentuk kata sebagai mana dipakai dalam ucapan cepat, seperti lab (laboratorium).
k.Penggunaan Kesimpulan, Keputusan, Penalaran, dan Pemukiman
Kata-kata kesimpulan bersaing pemakaiannya dengan kata simpulan.
Kata keputusan bersaing pemakaiannya dengan kata putusan.
Kata permukiman bersaing dengan kata pemukiman.
l. Penggunaan Kata yang Hemat
Berikut ini daftar kata yang sering digunakan tidak hemat itu.
Boros / Hemat
1. sejak dari / sejak atau dari
2. agar supaya agar / supaya
3. demi untuk / demi atau untuk
m.Analogi
Petinju ‘orang bertinju’
Pesenam ‘orang yang bersenam’
Pesilat ‘orang yang bersilat’
Peski ‘orang yang berski’
Kata bertinju, bersenam, dan bersilat mungkin biasa digunakan, tetapi kata bergolf, berterjun, bertenis dan berboling bukan kata yang lazim.
n.Bentuk Jamak dalam Bahasa Indonesia
Bentuk jamak dalam bahasa Indonesia dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1) Bentuk jamak dengan melakukan pengulangan kata yang bersangkutan, seperti
Kuda-kuda
Meja-meja
Buku-buku
2) Bentuk jamak dengan menambah kata bilangan, seperti
Beberapa meja
Sekalian tamu
Semua buku
Dua tempat
Sepuluh computer
3) Bentuk jamak dengan menambah kata Bantu jamak, seperti para tamu.
4) Bentuk jamak dengan menggunakan kata ganti orang seperti
Mereka
kita
Kami
kalian
Dalam pemakaian kata sehari-hari orang cenderung memilih bentuk jamak asing dalam menyatakan jamak dalam bahasa Indonesia. Dibawah ini beberapa bentuk jamak dan bentuk tunggal dari bahasa asing.
BentukTunggal Bentuk Jamak
datum data
alumnus alumni
alim ulama
o.Penggunaan di mana, yang mana, hal mana
Kata di mana tidak dapat dipakai dalam kalimat pernyataan. Kata dimana tersebut harus diubah manjadi yang, bahwa, tempat, dan sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Diksi
http://adegustiann.blogsome.com/2009/02/02/batasan-kosa-kata-dan-diksi-2/
1 komentar:
ka itu yang diatas fenom atau fonem yah yang bener?
Posting Komentar