Minggu, 21 Maret 2010

obat

alkisah, suatu hari Nabi Musa as. menderita sakit gigi. Karena sakit, maka beliau pun merasakan keadaan yang tidak mengenakkan. Tidak hanya giginya yang cukup mengganggu saat digunakan untuk mengunyah makanan. Lebih dari itu, sekujur tubuh beliau juga terasa kurang nyaman. Tidur pun tak nyenyak.
Nabi Musa as. kemudian mengadukan sakit giginya kepada Allah, dan Allah berfirman kepadanya, "Ambillah rumput falani dan letakkan di gigimu yang sakit." Mendapat perintah seperti itu, Nabi Musa as. tak membantah dan langsung bertindak. Atas izin dan kehendak Allah, rasa sakit yang diderita Nabi Musa as. akhirnya hilang. Gigi Nabi Musa as. tak lagi terasa sakit. Nabi Musa as. pun sembuh dan bisa tidur dengan nyenyaknya.
Tetapi di lain waktu, sakit gigi yang diderita Nabi Musa as itu kambuh lagi. Karena mengetahui rumput falani yang sempat di ambilnya dulu bisa meyembuhkan penyakit gigi yang dideritanya, maka Nabi Musa as. langsung mengambil rumput tersebut dan meletakkannnya di giginya. Nabi Musa sangat yakin, bahwa rumput itu berkhasiat menyembuhkan sakit giginya.
Diluar dugaan Nabi Musa as. , sakit gigi yang dideritanya tidak sembuh, malah semakin parah. Padahal, Nabi Musa as. yakin tidak salah mengambil rumput. Nabi Musa pun kembali memohon pertolongan kepada Allah swt. "Ya Allah, bukankah engkau telah menyuruh dan menunjukkan kepadaku tentangnya?".
Allah berfirman, "Wahai Musa! Aku adalah yang menyembuhkan dan menyehatkan. Aku adalah yang memberikan bahaya dan manfaat. Pada waktu pertama, engkau melakukannya karena Aku, sehingga Kuhilangkan penyakitmu. Sedangkan sekarang ini, engkau melakukannya bukan karena Aku, melainkan karena rumput itu".
Dari sepenggal kisah ini terlihat jelas bahwa yang membuat sakit menjadi sembuh itu bukanlah obat. Bahkan, dalam kasus sakit gigi yang diderita Nabi Musa as. bukanlah karena rumput falani. Karena itu, Allah menunjukkan kepada Nabi Musa as. bahwa rumput yang dulu digunakan sebagai obat itu, ternyata tidak mampu menyembuhkan rasa sakit ketika Allah tidak mengizinkan.
Akan tetapi kita sering lupa, tidak sadar dan juga pongah. Bahkan kita jarang percaya dan yakin bahwa obat itu yang menyebabkan kita sembuh dan sehat. Padahal, obat itu hanya perantara saja. Sedangkan yang dapat menyambuhkan sakit manusia adalah Allah. Disini, hal yang sering terlupakan lagi adalah tentang keberadaan dokter. Padahal, dokter itu bukanlah penyembuh penyakit. Dokter hanyalah orang yang mengobati dan, lagi-lagi masalah kesembuhan itu adlah atas izin Allah.
Akhirnya, hikmah atau pesan dari kisah ini adalah manusia itu harus menyadari bahwa segala bentuk obat, termasuk juga dokter, hanya medium. Sedangkan yang mampu menyenbuhkan manusia adalah Allah. Dengan kata lain, atas kehendak Allah-lah yang dapat membuat obat itu dapat menyenbuhkan kita. Ia hanyalah perantara. Sebab, Allah yang menurunkan penyakit, maka Allah pula yang memiliki kekuasaan untuk menyembuhkannya.

SUMBER :
Hidayah tahun 6-edisi 61 , Jumadil akhir/Rajab 1427H/Agustus 2006

Tidak ada komentar: